Hujan Pagi dan Janji Tanah

Pagi itu, langit belum sepenuhnya terang. Awan hitam menggantung berat di atas Desa Tuwulele, menyembunyikan mentari yang biasanya muncul malu-malu dari balik bukit. Tak lama, gerimis turun perlahan. Suara rintiknya menyapa atap seng rumah-rumah warga seperti denting harapan. Dalam hitungan menit, hujan berubah menjadi lebat. Tanah beraroma basah, dan udara menjadi sejuk menenangkan.

Di pinggiran desa, seorang petani tua bernama Ama Fadal duduk di beranda gubuk kecilnya, memandang ladang yang baru dua minggu lalu ia tanami singkong dan pisang. Ladang itu dulunya gersang, penuh batu dan debu. Banyak yang bilang usahanya sia-sia, apalagi musim kemarau sempat membuat daun-daun layu dan tanah merekah.

Tapi pagi itu, saat hujan turun deras, Ama Fadal tidak mengeluh. Ia tersenyum. Dalam hatinya, ia tahu, ini adalah jawaban dari kesabaran dan keyakinannya.

"Tanah itu seperti hati manusia," gumamnya pelan. "Kalau disiram kasih sayang dan kesabaran, pasti akan menumbuhkan kehidupan."

Seminggu berlalu. Hujan yang rutin menyapa setiap pagi membuat ladangnya berubah drastis. Daun pisang tumbuh lebar dan hijau mengkilap, batang-batang singkong berdiri tegak dengan pucuk-pucuk muda yang segar. Warga desa mulai memperhatikan perubahan itu. Banyak yang datang, sekadar melihat, beberapa bahkan ikut meminta benih.

"Ama, bagaimana caramu membuat tanah itu subur kembali?" tanya seorang pemuda.

Ama Fadal hanya tersenyum. "Bukan aku yang membuatnya subur. Hujan dan kesabaranlah yang melakukannya. Aku hanya menjaga, percaya, dan tidak menyerah."

Kisah Ama Fadal pun menyebar ke desa-desa sekitar. Ladangnya menjadi simbol harapan, bahwa meskipun cuaca bisa tak menentu, dan tanah bisa tandus, tapi jika disirami dengan doa, usaha, dan waktu yang cukup—semuanya akan tumbuh. Subur.

Dan sejak hari itu, setiap hujan turun di pagi hari, warga desa tidak lagi mengeluh. Mereka tahu, hujan adalah cara langit memberi harapan, seperti ia memberkati singkong dan pisang di ladang Ama Fadal.

“Hujan adalah berkah, bukan beban. Ia datang membawa kehidupan, selama kita bersedia merawatnya.” 🌧🌱🍌

---



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama