Jumatan Pertama di Bulan Ramadhan

Azan zuhur baru saja berkumandang dari menara masjid Al-Hikmah, menggetarkan hati setiap Muslim yang mendengarnya. Hari ini, Jumat pertama di bulan suci Ramadhan. Udara siang terasa panas, tapi tak menyurutkan langkah para jamaah yang berbondong-bondong menuju masjid dengan wajah berseri-seri.

Di sudut gang sempit, seorang pemuda bernama Fadli bergegas mengenakan baju koko putih dan sarung bercorak hijau. "Jumatan pertama di Ramadhan, harus datang lebih awal," gumamnya. Sejak kecil, Fadli diajarkan oleh kakeknya bahwa keutamaan sholat Jumat di bulan Ramadhan berlipat ganda.

Saat tiba di halaman masjid, Fadli melihat pemandangan yang selalu membuatnya takjub. Masjid penuh dengan jamaah yang datang lebih awal, beberapa membaca Al-Qur'an, sebagian lagi berdzikir dengan khusyuk. Di serambi masjid, seorang bapak tua membagikan air zamzam kepada yang baru datang.

Fadli memilih saf kedua dari depan. Tak lama, khatib naik ke mimbar. Suasana pun hening. Khotbah Jumat hari ini bertema "Ramadhan, Bulan Ampunan dan Kesempatan Kembali". Kata-kata khatib menyentuh hati Fadli. Ia teringat akan kesalahan-kesalahan yang pernah ia lakukan—sholat yang kadang lalai, membaca Al-Qur'an yang mulai jarang, dan ibunya yang sering ia abaikan karena kesibukan kerja.

Saat sholat Jumat dimulai, Fadli merasakan sesuatu yang berbeda. Bacaan imam begitu syahdu, setiap gerakan terasa lebih bermakna. Sujudnya lebih lama, seakan ingin meleburkan segala dosa yang menumpuk.

Selepas sholat, sebelum pulang, Fadli duduk sejenak, menengadahkan tangan dan berdoa. Dalam hatinya, ia bertekad, "Ramadhan ini harus lebih baik. Aku ingin kembali, Ya Allah…"

Langkahnya pulang terasa ringan, seakan ada beban yang luruh dari pundaknya. Angin siang berhembus sejuk, seakan memberi isyarat bahwa pintu rahmat-Nya selalu terbuka bagi siapa pun yang ingin kembali.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama