Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pria bernama Budi. Ia dikenal sebagai pekerja keras, tetapi sayangnya, ia memiliki kebiasaan mengambil keuntungan dari orang lain dengan cara yang tidak jujur. Ia sering memanipulasi timbangan saat berjualan di pasar dan sesekali mengambil uang kembalian lebih dari seharusnya tanpa sepengetahuan pembeli.
Suatu hari, Budi mendapatkan kesempatan besar untuk mengelola dana pembangunan masjid di desanya. Ia merasa inilah peluang emas untuk memperkaya diri. Dengan licik, ia mengurangi jumlah semen dan pasir yang dibeli, lalu menyimpan sisa uangnya untuk kepentingan pribadi. Masyarakat tidak curiga karena Budi dikenal sebagai orang yang dermawan dan sering berbicara tentang kebaikan.
Namun, beberapa bulan setelah pembangunan selesai, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Saat masyarakat sedang berkumpul untuk shalat Jumat, sebagian dinding masjid tiba-tiba retak dan roboh. Untungnya, tidak ada korban jiwa, tetapi kejadian itu membuat warga bertanya-tanya. Setelah diselidiki, terbongkarlah bahwa bahan bangunan yang digunakan tidak sesuai standar karena ulah Budi.
Merasa bersalah dan terpojok, Budi akhirnya mengakui kesalahannya di hadapan seluruh warga. Ia mengembalikan semua uang yang telah ia curangi, tetapi kepercayaannya di mata masyarakat sudah hancur. Sejak saat itu, ia menyadari bahwa memakan hak orang lain hanya akan membawa kesengsaraan. Ia mulai menata ulang hidupnya dengan bekerja lebih jujur dan ikhlas. Meskipun butuh waktu lama, akhirnya ia kembali mendapatkan kepercayaan masyarakat.
Kisah Budi menjadi pelajaran berharga bagi semua orang di desa itu. Kejujuran mungkin terasa berat di awal, tetapi pada akhirnya, itu adalah jalan yang membawa berkah dan ketenangan hidup.