Cinta Seputih Mawar

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hamparan ladang hijau dan bunga bermekaran, hiduplah sepasang suami istri, Arman dan Sinta. Mereka menikah lima tahun lalu, dan sejak hari itu, kebahagiaan selalu menghiasi rumah sederhana mereka.

Arman adalah seorang pemahat kayu, sementara Sinta mengelola kebun bunga kecil di belakang rumah mereka. Setiap pagi, Sinta selalu memetik setangkai mawar putih dan meletakkannya di meja makan sebelum mereka sarapan bersama.

Suatu hari, saat mereka duduk di teras rumah menikmati teh sore, Arman menatap dalam-dalam mata Sinta dan berkata, "Bunga mawar putih, seperti kesucian cintaku padamu. Tak akan layu oleh waktu, tak akan pudar oleh usia."

Sinta tersenyum, matanya berbinar. “Dan cintaku padamu seperti kebun ini, selalu tumbuh, berbunga, dan harum selamanya.”

Kehidupan mereka mungkin sederhana, tetapi kebahagiaan yang mereka rasakan lebih berharga dari harta benda. Mereka saling mencintai tanpa syarat, menghargai satu sama lain dalam suka dan duka. Setiap malam, sebelum tidur, Arman selalu menggenggam tangan Sinta, seolah ingin memastikan bahwa kebahagiaan mereka akan terus abadi.

Dan begitu seterusnya, cinta mereka tetap putih, seindah mawar yang selalu mekar di kebun kecil di belakang rumah.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama