Waktu untuk Bercanda


Andi menatap layar laptopnya yang penuh dengan tugas kuliah dan deadline skripsi yang semakin dekat. Di seberangnya, Raka, sahabatnya sejak tahun pertama kuliah, duduk dengan wajah kusut sambil menatap kopi yang sudah dingin.

"Rasanya baru kemarin kita masuk kampus bareng, sekarang tiba-tiba udah di penghujung," gumam Raka.

Andi tersenyum, menutup laptopnya, lalu menepuk bahu sahabatnya itu. "Iya, waktu cepat banget berlalu. Tapi semoga kita masih punya waktu bercanda di tengah repotnya hidup kita."

Raka menoleh, lalu tertawa kecil. "Gimana caranya? Skripsi belum beres, kerja part-time makin gila, belum lagi urusan keluarga."

Andi berdiri, merenggangkan badan, lalu menarik tangan Raka. "Ya, makanya! Kalau kita terus serius terus, hidup jadi makin berat. Yuk, keluar sebentar, ngopi di tempat biasa. Hitung-hitung nostalgia."

Raka menghela napas, tapi akhirnya mengangguk. "Baiklah, tapi traktiran lo!"

Andi tertawa. "Deal!"

Mereka pun keluar, menikmati waktu sejenak, bercanda seperti dulu—mengingat bahwa sesibuk apa pun hidup, selalu ada ruang untuk tawa dan persahabatan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama