Cantik yang Sesungguhnya


Aisyah menatap bayangannya di cermin. Sejak menikah lima tahun lalu, ia terbiasa berdandan setiap pagi sebelum suaminya, Faris, berangkat kerja. Ia ingin terlihat cantik di matanya, takut kalau-kalau ada wanita lain yang lebih menarik perhatian. Namun, pagi itu, sebuah percakapan dengan sahabatnya, Rina, membuatnya berpikir ulang.

"Aisyah, kamu selalu tampil cantik, tapi apakah kamu melakukannya untuk dirimu sendiri atau untuk Faris?" tanya Rina.

Aisyah terdiam. Selama ini, ia mengira kecantikannya adalah tameng agar suaminya tetap setia. Namun, apakah benar kesetiaan seorang pria hanya ditentukan oleh kecantikan istrinya?

Suatu hari, Aisyah tanpa sengaja melihat pesan singkat di ponsel Faris. Seorang perempuan bernama Lita mengirim pesan: "Terima kasih sudah menemani makan siang tadi. Kamu baik sekali, seperti dulu."

Jantungnya berdegup kencang. Ia tidak ingin berpikiran buruk, tapi hatinya gelisah. Selama ini, ia sudah berusaha menjaga penampilannya, namun apakah itu cukup?

Malamnya, Aisyah memberanikan diri bertanya, "Mas, siapa Lita?"

Faris menatapnya, lalu tersenyum. "Dia teman lama yang butuh bantuan. Kenapa, Sayang?"

"Masih ada rasa di hatimu untuknya?" suara Aisyah bergetar.

Faris terkejut, lalu menggenggam tangan Aisyah. "Aisyah, aku mencintaimu bukan karena kecantikanmu. Aku mencintaimu karena hatimu. Aku bertemu banyak wanita di luar sana, tapi tak ada yang bisa menggantikan ketulusanmu. Percayalah, kesetiaan bukan soal siapa yang lebih cantik, tapi siapa yang lebih berharga dalam hidup seseorang."

Aisyah menahan air matanya. Malam itu, ia mengerti satu hal: cantik bukan hanya soal wajah, tetapi tentang seberapa besar seseorang mensyukuri dan menghargai yang telah ia miliki.

Sejak saat itu, Aisyah tetap merawat dirinya, tapi bukan lagi karena takut kehilangan Faris. Ia melakukannya untuk dirinya sendiri, karena ia berhak merasa bahagia dan percaya diri.

Dan Faris? Ia tetap setia, bukan karena kecantikan Aisyah, tetapi karena ia tahu bahwa kebahagiaan sejati bukan tentang mencari yang lebih, melainkan mensyukuri yang sudah ada.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama