Di sebuah warung kopi pinggir jalan, Andi duduk dengan gaya sok serius, menyeruput kopinya perlahan. Di depannya, duduk Budi, sahabatnya yang sedang curhat tentang betapa ribetnya kehidupan orang-orang di sekitarnya.
"Aku tuh nggak ngerti, Ndut," kata Budi sambil mengaduk kopi tanpa tujuan. "Si Anton itu ya, tiap hari kerjaannya telat, tapi sok nasihatin aku soal disiplin. Terus si Rina, tiap hari gosipin orang, tapi dia yang paling ribut kalau ada yang ngomongin dia!"
Andi mengangguk-angguk sok bijak. "Ya, itu penyakit manusia, Bud. Seringnya, orang lebih jago ngoreksi hidup orang lain daripada ngaca ke diri sendiri."
Budi menghela napas panjang. "Makanya aku mau jadi beda, Ndut. Aku bakal jadi orang yang selalu kasih kritik membangun, tapi dengan cara yang santun!"
Andi nyaris tersedak kopinya. "Lho? Maksudnya gimana tuh?"
"Jadi, mulai sekarang, aku bakal menasihati semua orang biar sadar kekurangan mereka! Misalnya, kalau ada yang malas, aku bakal bilang, 'Kawan, rajinlah bekerja demi masa depanmu!' Kalau ada yang julid, aku bakal ingetin, 'Hei, energi positif lebih baik buat kesehatanmu!'"
Andi menatap Budi dengan ekspresi bingung. "Kamu sadar nggak sih, Bud?"
"Sadar apa?"
Andi menyeringai. "Kamu tuh lagi melakukan hal yang sama! Kamu sibuk ngoreksi orang lain, tapi nggak sadar kalau kamu sendiri juga punya kekurangan."
Budi terdiam sejenak. "Lho, kok bisa?"
Andi menepuk bahu sahabatnya. "Bud, belajar ngoreksi diri sendiri itu butuh usaha. Tapi kalau mau ngoreksi hidup orang lain, itu nggak perlu belajar sama sekali!"
Budi menghela napas panjang. "Jadi gimana nih? Aku harus gimana?"
Andi tersenyum. "Mulai dari yang gampang. Ngaca dulu tiap pagi, terus tanya ke diri sendiri: Aku udah benar belum?"
Budi termenung sejenak, lalu menggaruk kepala. "Wah, berat juga ya. Yaudah, besok kita ngopi lagi aja deh, buat mikirin hidup ini!"
Andi tertawa. "Nah, itu baru solusi yang paling realistis!"
Dan begitulah, alih-alih menjadi konsultan kehidupan dadakan, Budi akhirnya sadar bahwa memperbaiki diri sendiri jauh lebih menantang daripada sekadar mengoreksi orang lain.
— Tamat —