Di sebuah sudut kota kecil yang teduh, hidup seorang tukang ojek bernama Pak Sukimin. Usianya sudah melewati kepala lima, tapi semangatnya mencari nafkah tak pernah surut. Setiap hari, sejak subuh menjelang, ia sudah duduk di pangkalan ojek dengan jaket lusuh dan wajah berseri.
Bagi warga sekitar, Pak Sukimin bukan sekadar tukang ojek. Ia dikenal sebagai sosok yang ramah, jujur, dan yang paling mencolok: tak pernah lalai sholat lima waktu, apa pun keadaannya.
"Maaf, Bu, sebentar lagi adzan Dzuhur. Kalau Ibu tak keberatan, saya sholat dulu, baru kita jalan," ucapnya suatu siang kepada seorang pelanggan.
Banyak orang heran, bagaimana mungkin di tengah kesibukan mengejar penumpang dan rezeki, ia masih menjaga waktunya untuk beribadah dengan tertib. Tapi bagi Pak Sukimin, itulah kuncinya.
"Rezeki memang harus dicari," katanya suatu kali kepada teman-teman se-pangkalan, "tapi jangan sampai lupa Si Pemberi Rezeki."
Di sela mengantar penumpang, jika terdengar suara adzan, ia akan menepi, memarkir motornya di mushola terdekat, dan mengambil wudhu dengan tenang. Pernah suatu kali, hujan deras mengguyur saat ia mengantar seorang anak sekolah. Setelah mengantar, ia basah kuyup, tapi tetap menuju masjid untuk sholat Ashar, menggigil sambil tersenyum.
“Kalau nunggu kering baru sholat, bisa-bisa waktunya habis duluan,” ucapnya ringan.
Ada satu kejadian yang membuat warga semakin hormat padanya. Suatu hari, dompet seorang penumpang jatuh di boncengan motornya. Isinya uang jutaan rupiah. Pak Sukimin langsung mengembalikannya, tanpa dikurangi sepeser pun.
“Saya sudah cukup, Bu. Kalau rezeki saya, insya Allah nggak akan tertukar,” katanya sambil tersenyum.
Bagi Pak Sukimin, sholat bukan hanya kewajiban, tapi juga penuntun hidup. Ia percaya, selama ia menjaga hubungan dengan Allah, Allah pun akan menjaga rezekinya, kesehatannya, dan ketenangannya.
Kini, banyak anak muda di sekitar pangkalan yang menaruh hormat padanya. Beberapa bahkan mulai ikut ke masjid setelah melihat kebiasaan Pak Sukimin.
Di usianya yang tak muda lagi, Pak Sukimin tak punya rumah mewah atau motor besar. Tapi ia punya ketenangan yang jarang dimiliki banyak orang—karena ia tahu, waktunya untuk Allah tak bisa ditawar.
---