Di sebuah desa kecil yang dikelilingi perbukitan hijau, hiduplah seorang ibu bernama Rina bersama anak gadisnya, Aisyah. Rina adalah seorang wanita sederhana yang bekerja sebagai penjahit. Suaminya telah tiada sejak Aisyah masih bayi, sehingga seluruh kasih sayang dan perhatiannya tercurah pada putri semata wayangnya.
Setiap pagi, sebelum berangkat ke sekolah, Aisyah selalu mencium tangan ibunya. Dengan senyum hangat, Rina membelai rambut anaknya dan berkata, “Belajar yang rajin, Nak. Ibu selalu berdoa untukmu.”
Aisyah tumbuh menjadi gadis yang pintar dan penuh semangat. Namun, di balik kebahagiaannya, ia sadar betul bahwa ibunya sering kali mengorbankan kebutuhannya sendiri demi dirinya. Suatu hari, saat hujan deras mengguyur desa mereka, Aisyah melihat ibunya tengah menjahit baju hingga larut malam. Tangannya yang kasar dan matanya yang lelah tetap bekerja tanpa henti.
"Ibu, kenapa tidak beristirahat dulu?" tanya Aisyah dengan suara pelan.
Rina tersenyum, menatap putrinya dengan penuh cinta. "Ibu ingin memastikan kamu bisa terus sekolah tanpa kekurangan apa pun, Nak."
Aisyah menahan air matanya. Ia tahu ibunya tak pernah mengeluh, bahkan saat lelah dan sakit.
Suatu hari, Aisyah mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke kota. Ia sangat bahagia, namun juga sedih karena harus berpisah dengan ibunya. Pada hari keberangkatannya, ia memeluk Rina erat-erat. "Ibu, aku akan belajar dengan sungguh-sungguh, dan suatu hari nanti, aku akan membuat Ibu bangga," katanya dengan mata berkaca-kaca.
Rina tersenyum dan menghapus air mata di pipi putrinya. "Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan Ibu, Nak. Ingat, di mana pun kamu berada, doa Ibu selalu menyertaimu."
Saat kereta mulai bergerak, Aisyah menoleh ke jendela dan melihat ibunya masih tersenyum, melambaikan tangan. Senyuman itu begitu tulus, penuh cinta, dan tanpa beban. Aisyah tersenyum balik, berjanji dalam hatinya bahwa ia akan berjuang demi wanita hebat yang telah mengorbankan segalanya untuknya.
Karena bagi Rina, senyuman Aisyah adalah kebahagiaannya. Dan bagi Aisyah, senyuman ibunya adalah sumber kekuatannya.
SenyumanNya membuatKu tersenyum.