Namanya Raka, seorang pria paruh baya yang bekerja sebagai staf di sebuah instansi pemerintahan daerah. Sejak awal, ia dikenal rajin, tetapi lambat laun ambisinya membuatnya berubah. Ia ingin cepat naik jabatan, ingin dipandang penting, dan ingin dianggap dekat dengan para pejabat.
Untuk meraih itu, ia mulai menjilat atasan.
Setiap keputusan atasan, benar atau salah, selalu ia bela mati-matian.
Setiap kesalahan, ia tutupi dengan kata-kata manis.
Ia rela mengorbankan kebenaran demi pujian dan posisi.
Awalnya, keluarganya ikut bangga. Istrinya senang karena penghasilan mulai bertambah. Anak-anaknya bisa sekolah di tempat yang lebih baik. Tetapi, semakin lama, dampak buruk mulai terlihat.
Waktu untuk keluarga hilang. Raka lebih sering sibuk melayani kepentingan atasannya daripada hadir di rumah.
Nama baik keluarga tercoreng. Banyak orang menilai Raka hanya “si penjilat,” dan cibiran itu sampai ke telinga anak-anaknya. Mereka malu di sekolah, bahkan sering diejek teman sebaya.
Hidup jadi penuh ketakutan. Semua fasilitas yang mereka nikmati terasa rapuh, karena berdiri di atas kepalsuan dan bukan kerja keras jujur.
Puncaknya terjadi ketika atasan yang selama ini ia bela tersandung kasus korupsi. Semua lingkaran dekat atasan ikut terseret, termasuk Raka.
Saat itu, istrinya menangis di depan banyak orang, berkata lirih:
“Dulu kau bilang semua ini demi keluarga. Tapi yang kau bawa pulang hanyalah rasa malu…”
Kalimat itu menancap di hati Raka lebih dalam daripada hukuman atau cemoohan orang lain. Ia baru sadar, bahwa penjilat hanyalah boneka sekali pakai. Begitu tidak berguna, ia dibuang. Dan yang paling menderita justru keluarganya—mereka yang tidak salah apa-apa.
Setelah melewati masa sulit, Raka mencoba bangkit. Ia mulai hidup sederhana, bekerja jujur, dan berusaha mengembalikan kepercayaan keluarganya. Meski luka lama tidak mudah hilang, ia belajar satu hal penting:
👉 Lebih baik dihina karena jujur, daripada dipuji karena menjilat.
Karena kesetiaan palsu pada atasan bisa menghancurkan, tetapi kejujuran akan menyelamatkan anak cucu.